You are currently browsing the category archive for the ‘touching story’ category.

Siang-siang abis kuliah,
Daripada pulang mending berkilah :p

Ya baiklahh, di siang yg cukup terik ini, I’d like to share something precious and important to all women in the world 😀

Ketika Tuhan menciptakan wanita,
Malaikat datang dan bertanya, “Mengapa begitu lama Tuhan?”

Tuhan menjawab, “Sudahkah kamu lihat semua detil yang Aku ciptakan untuknya?” 

“2 tangan ini harus bisa selalu dibersihkan, setidaknya terdiri dari 200 bagian yg bisa digerakkan dan berfungsi baik agar dapat
mengolah berbagai jenis makanan…
mampu memberikan kenyamanan bagi anak2nya…
punya pelukan yang menyembuhkan rasa sakit hati dan keterpurukan…
Dan semuanya cukup dilakukan dgn kedua tangan ini… ”

Malaikat takjub, “Hanya dgn 2 tangan ini??”
“Tetapi Tuhan, Engkau membuatnya begitu halus dan lembut”

“Ya.. Aku membuatnya begitu lembut. Tapi kamu belum bisa bayangkan kekuatan yang Aku berikan kepadanya agar ia bisa mengatasi banyak hal yang luar biasa”

“Apakah dia bisa berpikir?” tanya malaikat.

Tuhan menjawab, “Tidak hanya berpikir, dia juga mampu bernegosiasi dan mengutarakan pendapatnya.” 

Malaikat itu menyentuh dagunya..
“Tuhan, Engkau buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh, seolah banyak sekali beban untuknya.” 

“Itu bukan kerapuhan, itu air mata. Aku berikan padanya supaya dia bisa mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan rasa bangga.”

“Engkau memikirkan segala sesuatunya. Wanita ciptaan-Mu ini sungguh menakjubkan!” 

“Ya.. Harus! Wanita ini mempunyai kekuatan untuk mempesona pria…
Dia dapat mengatasi beban hidup, mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri…
Dia mampu tersenyum bahkan ketika hatinya menjerit, mampu tertawa saat hatinya menangis…
Dia bisa berkorban demi orang-orang yang dikasihinya…
Dia bisa melawan ketidakadilan…
Dia bersorak saat melihat kawannya bahagia…
Hatinya terluka saat melihat kesedihan…
Dia tahu sebuah ciuman & pelukan dapat menyembuhkan luka…
CINTANYA TANPA SYARAT!” 

Malaikat sangat kagum.
Ia bertanya lagi, “Lalu apa kekurangannya?”

Tuhan menjawab, ”Hanya satu hal.. Dia terkadang lupa betapa berharganya dia…”

Remind this to all women, pals…
That they (we) are unbelievably precious! 🙂

♡ ♥ ♡ ♥ ♡ ♥ ♡ (ʃƪ˘⌣˘)♥ ♡ ♥ ♡ ♥ ♡ ♥

Hello, there 😀
Gong xi fa cai yaa everyone hoho..

Pagi ini rumah kami (ii Yuniko, Riri, dan aku) di Slipi kedatangan seorang tamu. Ia berkunjung untuk bersilaturahmi Imlek sekaligus untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuk adik sepupuku Riri yang berultah ke-7 *what a bless for having a birthday in such date like this!!*

Setelah bercengkerama cukup lama dengan iiku, ia bercerita2 denganku tentang 1 kali kunjungannya ke klinik residen tempatku menimba ilmu *yaah, Anda tahu sendirilah.. Di klinik itu, ia ditangani oleh seorang residen ppdgs konservasi gigi pria dengan seorang supervisor-nya yang adalah seorang dosen wanita. Menurut tamuku yang jg memiliki diabetes (berarti tidak bisa di-treatment hanya dlm 1x kunjungan) ini, kunjungan pertamanya ke klinik tersebut sudah cukup membuat kapok baginya, meski ia diharuskan untuk datang lagi untuk perawatan selanjutnya dan selalu diingatkan tiap minggu oleh mahasiswa residen itu.

MENGAPA seorang pasien dpt bertingkah demikian??
Karena pertama, kunjungan perawatan pertamanya itu menyita waktunya yg sangat lama untuk hanya sebuah perawatan yg membutuhkan bbrp kunjungan lagi (yg udh klinik pasti tahu alasannya knp lama kan? :p).
Kedua (ini alasan yg paling membuatnya kecewa) yaitu di klinik, di depan pasien itu sendiri, dokter gigi residen pria itu dibentak2 dan dimarah2i secara kasar dan langsung oleh dosen supervisor wanita-nya. Yang membuat pasien ini tidak habis pikir yaitu bahwa mereka sudah sama-sama dokter gigi yang notabene sama2 berpendidikan tinggi, tapi mengapa hal yang seharusnya tidak dilihat oleh pasien sbg tindakan yang mempermalukan orang lain, apalagi rekan sejawatnya, masih saja dilakukan? Apalagi menurut pasienku, tidak pantas seorang (dosen) wanita membentak2 seorang (residen/mahasiswa) pria di depan umum..

Hmm, kalau sudah begini, siapa yang salah jika pasien2 kita (calon2 dokter gigi) nanti kabur/malas melanjutkan perawatan karena kecewa dengan ke-tidakprofesional-an pelayanan yang terjadi di depan mereka? Siapa yang mau disalahkan juga jika lama-kelamaan masyarakat kehilangan respect dan kepercayaannya pada dokter2 gigi yg mereka hormati selama ini, dan berlanjut berobat ke tukang/ahli gigi, melihat sikap yg demikian?

Meski ilmu dan pengalaman kami (cadogi2) belum setinggi Anda (para dosen supervisor), kami mau belajar dan berusaha memberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terbaik bagi masyarakat kok.. Karena itu kami mohon bimbingan, contoh/panutan, serta dukungan (moral terutama)-nya yaa, wahai para petinggi tanpa tanda jasa kedokteran gigi tersayang, demi kemajuan bersama kesehatan gigi masyarakat kita, Indonesia 😀

Sharing ini aku buat tanpa ada maksud untuk menjelek2an pihak manapun. Aku hanya merasa sudah selayaknya kita semua, praktisi pendidikan ilmu kesehatan (gigi dan mulut khususnya), berefleksi, apakah tindakan2 yang kita lakukan dalam tujuan untuk mendidik sudah tepat dan pantas? 🙂

sincerely, ina~
Slipi. 3 Februari 2010.
*maaf kalo bahasanya kacau, udh lama ga nulis, yg pnting maksudnya tercapai ya kan hihi..
Happy Chinese New Year, all!! GBu

with love, ina 🙂

Posted with WordPress for BlackBerry.

“Ada seorang kakek yg harus tinggal dengan anak, menantu, dan cucunya yang berusia 6 thn. Tangan org tua ini sangat rapuh dan sering bergerak tak menentu, penglihatannya buram dan berjalanpun sulit. Keluarga ini biasa makan bersama di ruang utama.
Seringkali sang kakek mengacaukan suasana makan. Tangannya yg bergetar dan matanya yg rabun membuatnya susah utk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Anak dan menantunya sangat gusar.
Suatu hari si suami berkata, “Kita harus melakukan sesuatu. Aku sudah bosan membereskan segala sesuatu untuk Pak Tua ini.”
Lalu suami istri tersebut membuatkan sebuah meja kayu dan meletakkannya di sudut ruangan. Di sana sang kakek akann duduk makan sendirian. Dan karena sering memecahkan piring, mereka memberikan mangkuk kayu untuk sang kakek. Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam, terdengar isak tangis dari sudut ruangan. Ada air mata mengalir dari gurat keriput sang kakek. Namun kata yg sering diucapkan pasangan tsb adalah omelan agar jangan menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yg berusia 6 th hanya melihat dlm diam.
Suatu malam, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang bermain dengan mainan kayu. Dengan lembut ditanyanyalah anak itu, “Kau sedang apa?” Jawab anak itu, “Aku sedang membuat meja dan mangkuk kayu untuk ayah dan ibu, jika aku sdh besar kelak akan aku letakkan di sudut dekat meja tempat kakek makan sekarang.” Anak itu tersenyum dan melanjutkan bermain. Jawaban itu membuat suami istri itu terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Air mata mengalir di pipi mereka.
Walaupun tanpa kata2, malam itu juga mereka menuntun sang kakek utk makan malam bersama di meja makan lagi. Tidak ada lagi omelan pd saat piring jatuh ataupun saat makanan tumpah di meja.”

Dari cerita yang sangat menyentuh ini, marilah kita belajar untuk sabar dan selalu memberi teladan yang baik untuk adik2, anak2, dan orang2 disekitar kita 🙂

GOOD story for today!
Bersyukurlah dengan keberadaan orang tua kita, apapun kondisinya 😉

Love, Ina
Slipi, 10 September 2010

with love, ina 🙂

Posted with WordPress for BlackBerry.