Hello, there 😀
Gong xi fa cai yaa everyone hoho..
Pagi ini rumah kami (ii Yuniko, Riri, dan aku) di Slipi kedatangan seorang tamu. Ia berkunjung untuk bersilaturahmi Imlek sekaligus untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuk adik sepupuku Riri yang berultah ke-7 *what a bless for having a birthday in such date like this!!*
Setelah bercengkerama cukup lama dengan iiku, ia bercerita2 denganku tentang 1 kali kunjungannya ke klinik residen tempatku menimba ilmu *yaah, Anda tahu sendirilah.. Di klinik itu, ia ditangani oleh seorang residen ppdgs konservasi gigi pria dengan seorang supervisor-nya yang adalah seorang dosen wanita. Menurut tamuku yang jg memiliki diabetes (berarti tidak bisa di-treatment hanya dlm 1x kunjungan) ini, kunjungan pertamanya ke klinik tersebut sudah cukup membuat kapok baginya, meski ia diharuskan untuk datang lagi untuk perawatan selanjutnya dan selalu diingatkan tiap minggu oleh mahasiswa residen itu.
MENGAPA seorang pasien dpt bertingkah demikian??
Karena pertama, kunjungan perawatan pertamanya itu menyita waktunya yg sangat lama untuk hanya sebuah perawatan yg membutuhkan bbrp kunjungan lagi (yg udh klinik pasti tahu alasannya knp lama kan? :p).
Kedua (ini alasan yg paling membuatnya kecewa) yaitu di klinik, di depan pasien itu sendiri, dokter gigi residen pria itu dibentak2 dan dimarah2i secara kasar dan langsung oleh dosen supervisor wanita-nya. Yang membuat pasien ini tidak habis pikir yaitu bahwa mereka sudah sama-sama dokter gigi yang notabene sama2 berpendidikan tinggi, tapi mengapa hal yang seharusnya tidak dilihat oleh pasien sbg tindakan yang mempermalukan orang lain, apalagi rekan sejawatnya, masih saja dilakukan? Apalagi menurut pasienku, tidak pantas seorang (dosen) wanita membentak2 seorang (residen/mahasiswa) pria di depan umum..
Hmm, kalau sudah begini, siapa yang salah jika pasien2 kita (calon2 dokter gigi) nanti kabur/malas melanjutkan perawatan karena kecewa dengan ke-tidakprofesional-an pelayanan yang terjadi di depan mereka? Siapa yang mau disalahkan juga jika lama-kelamaan masyarakat kehilangan respect dan kepercayaannya pada dokter2 gigi yg mereka hormati selama ini, dan berlanjut berobat ke tukang/ahli gigi, melihat sikap yg demikian?
Meski ilmu dan pengalaman kami (cadogi2) belum setinggi Anda (para dosen supervisor), kami mau belajar dan berusaha memberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terbaik bagi masyarakat kok.. Karena itu kami mohon bimbingan, contoh/panutan, serta dukungan (moral terutama)-nya yaa, wahai para petinggi tanpa tanda jasa kedokteran gigi tersayang, demi kemajuan bersama kesehatan gigi masyarakat kita, Indonesia 😀
Sharing ini aku buat tanpa ada maksud untuk menjelek2an pihak manapun. Aku hanya merasa sudah selayaknya kita semua, praktisi pendidikan ilmu kesehatan (gigi dan mulut khususnya), berefleksi, apakah tindakan2 yang kita lakukan dalam tujuan untuk mendidik sudah tepat dan pantas? 🙂
sincerely, ina~
Slipi. 3 Februari 2010.
*maaf kalo bahasanya kacau, udh lama ga nulis, yg pnting maksudnya tercapai ya kan hihi..
Happy Chinese New Year, all!! GBu
with love, ina 🙂
Posted with WordPress for BlackBerry.